Amir Sjarifuddin Antara Negara dan Revolusi
Amir Sjarifuddin Antara Negara dan Revolusi
oleh: Jacques Leclerc
Pengantar Penerbit
Saat buku ini terbit, baik tokoh yang dibicarakan maupun pengarangnya, telah meninggal. Amir Sjarifuddin meninggal tahun 1948, menyusul Peristiwa Madiun yang melibat dirinya. Ia meninggal dalam arus revolusi yang bergerak begitu cepat, melebihi kemampuan tiap-tiap orang untuk menangkap apalagi mengarahkannya. Seperti ditulis Abu Hanifah ketika menutup tulisannya tentang tokoh ini dalam majalah Prisma, "Revolusi memakan anaknya sendiri".
Jejak langkah Amir Sjarifuddin sudah berulangkali berusaha ditulis orang, tapi selalu saja terasa kekurangannya di sana-sini. Menulis tentang tokoh kontroversial seperti Amir memang bukan barang mudah. Mengambil satu aspek saja dari dirinya berarti melupakan aspek lain. Melihatnya sebagai seorang Kristen yang taat saja, dan menelusuri seluruh perjalanannya dari perspektif ini, akan membuat kita kedodoran memahami sikap politiknya yang radikal sebagai "anak revolusi". Di pihak lain, melihatnya hanya sebagai politisi radikal, pemimpin Partai Sosialis (dengan segala kekeliruan dan kekacauan tentang paham dan partai ini di zaman sekarang), juga tidak akan membuahkan apa-apa. Apalagi mengingat perjalanan politiknya tidak hanya dituntun oleh pikiran, tapi lebih oleh pergolakan dalam masyarakat sezaman.
Mungkin paling baik jika kita menempatkannya kembali dalam zamannya; membiarkan dirinya tampil melalui pikiran dan tindakannya dalam sejarah.
Jacques Leclerc, meninggal bulan April 1995, setelah mengidap kanker ganas dalam tubuhnya selama bertahun-tahun. Ia juga sosok kontroversial dalam bidangnya, seorang penulis yang tidak kenal lelah dalam memahami proses revolusi yang rumit dan berliku.
Jacques mengerahkan banyak tenaganya untuk meneliti dan menulis tentang kurun yang sulit dan penuh perdebatan, yakni revolusi Indonesia. Ia menjadi kontroversial karena cara pikir dan tradisi yang dibawanya tidak lazim dalam studi tentang Indonesia. la gemar membandingkan kehidupan politik di tahun 1940-an dengan kisah-kisah revolusi Prancis yang sangat akrab baginya, dan menyumbangkan tradisi penulisan sejarah Prancis yang kaya dalam wilayah studi ini.
Sejak tahun 1970-an is mulai menulis tentang gerakan rakyat tahun 1940-an, dan di situlah ia menyelami kehidupan Amir Sjarifuddin. Sepagi 1982 ia sudah menulis biografi Amir Sjarifuddin, dan sejak itu terus membuat penelitian tentang pemikiran dan perjalanan hidup tokoh ini. Tulisan di hadapan ini lebih sebuah renungan tentang Amir ketimbang tulisan ilmiah yang menyajikan fakta dan interpretasi dalam langgam yang ketat. Mungkin sekali bukan yang terbaik, tapi di sinilah ia mengerahkan pengetahuan dan kepiawaiannya dalam menulis, untuk mengambil kesimpulan yang cerdas tentang seorang manusia, lingkungan dan zamannya.
Januari 1996